Monday, August 24, 2015

Perpindahan ke wordpress.com

Blog ini akan di nonaktifkan. Selanjutnya saya akan lebih aktif di wordpress

Tujuh Kriteria kuantitas yang disarankan oleh Benjamin Graham

Sebagai investor defensive dapat menggunakan 8 kriteria dibawah ini sebagai screening saham:
1. Ukuran perusahaan yang memadai
Perusahaan industry (manufaktur) setidaknya memiliki penjualan Rp 10 Trilliun Perusahaan layanan public setidaknya memiliki asset Rp 5 Trilliun 2. Kondisi keuangan yang cukup kuat Perusahaan industrial (manufaktur) memiliki minimal asset lancar 2x dari utang lancar. Utang jangka panjang tak lebih dari modal kerja (asset lancar-hutang lancar) Perusahaan layanan public utang tak lebih dari 2x nilai ekuitas saham 3. Stabilitas Laba Stabilitas laba artinya perusahaan secara konsisten dalam mencetak laba. Jangan di tahun pertama bagus, tahun berikutnya jeblok ataupun merugi. 4. Catatan Dividen Carilah perusahaan yang memiliki track record membagi dividen konsisten 5. Pertumbuhan laba Kenaikan laba per saham minimal 33% dalam 10 tahun terakhir, dengan membandingkan antara rata rata pada awal dan pada akhir dasawarsa. 6. Rasio harga / Laba moderat (PER) Harga berjalan harus tak lebih dari 15x price earning ratio (PER) rata rata 3 tahun terakhir 7. Rasio harga berbanding asset yang moderat (PBV) Harga berjalan harus tak lebih dari 1,5x nilai buku (PBV) yang terakhir dilaporkan. 8. Hasil dari rasio price earning ratio (PER) dikali dengan price to book value (PBV) tidak melebih 22.5x. Jadi contoh jika PBV 2.25x maka PER maksimumnya itu 10x untuk mendapatkan hasil perkalian 22.5x. Tentu saja dengan criteria diatas belum menjamin bahwa mendapatkan hasil yang memuaskan, tetapi dengan 8 kriteria ini maka anda cukup aman dalam memegang perusahaan dalam jangka waktu yang lama. Mr Benjamin Graham mensuggestkan untuk memegang diversifikasi yang luas untuk kriteria diatas agar mendapatkan hasil yang bagus. Portofolio saham sebaiknya memiliki laba/harga (earning yields) setidaknya setinggi obligasi kelas atas saat ini yaitu 11.74% atau Price earning ratio nya (PER) 8.5x. Dengan kejatuhan index ini, cukup banyak kesempatan kita memiliki perusahaan perusahaan bagus dengan harga diskon.

Wednesday, July 29, 2015

Update sementara untuk sektor Banking

-Data diambil langsung dari laporan keuangan yang dirilis melalui idx.

Update sementara kinerja bursa saham Indonesia Q2 2015 (6Bulan)





-Data diambil langsung dari laporan keuangan yang dirilis melalui idx

-Untuk operating profit saya sesuaikan dengan standard saya, saya tidak memasukan seperti biaya /       pendapatan lain lain.

-OPM adalah Operating profit margin ( operating profit dibagi revenue)

-NPM adalah Net profit margin ( net profit dibagi revenue)

-PBV dan PER diambil berdasarkan harga penutupan

- Kurs yang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia 13.332 pada tanggal 30 Juni 2015. Kurs BI

- Sektor Banking saya pisahkan di post lainnya

Sunday, July 12, 2015

Kinerja Investasi Pribadi update 30 Juni 2015

Kinerja Investasi Pribadi untuk 6 bulan ini masih tidak memuaskan, dan masih dibawah kinerja dari fund fund reksadana. Tetapi untuk Q2 2015 (3bulan) cukup berhasil memperbaiki kinerja dibanding fund lain karena dari strategi menjual saham dan memegang kas.


Penurunan kinerja dari dana kelolaan saya kebanyakan karena banyaknya saham komoditas dari dana kelolaan dan turunnya harga saham GJTL dan ERAA yang hampir turun 50% dari pembelian saya. Saya mungkin terlalu optimis dari sektor batubara melihat dari sudah tertekan sekali harga batubara. Dapat dilihat dari banyaknya perusahaan batubara mengoptimalkan cadangan batubaranya dan menurunkan stripping costnya. Hingga PT Harum Energi sampai menghentikan beberapa tambang batubaranya, walaupun perusahaan batubara lainnya masih dapat mengefisiensikan operasinya. Saya memegang PTRO dan ITMG dalam dana cukup besar. Saya masih cukup optimis dengan saham saham pilihan saya. Untuk GJTL dan ERAA sebenarnya merupakan kesalahan saya karena kurang mengeksploitasi  terlebih dahulu sebelum membeli. Pembelian memang berdasarkan analisa dan pembacaan blog blog investasi lainnya. Tetapi ERAA saya mulai menyicil kembali setelah mempertimbangkan dan menganalisa lebih jauh. Untuk GJTL sementara saya hold.

Kesimpulan
Kinerja masih belum bagus dan untuk 3 bulan lalu saya masih mentradingkan beberapa saham banking. Yang akibatnya sangkut di BBNI di harga 6100/saham. Masih memegang kas sebesar 30% dari total dana. Sehingga mau kemanapun indeks saya cukup menikmatinya. Mulai akan menambah kepemilikan di beberapa perusahaan yang saya rasa memiliki competitive advantage.

Friday, July 3, 2015

PT Tempo Scan Pacific Tbk, great company with reasonable price

PT Tempo Scan Pacific Tbk

PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) didirikan pada tanggal 20 Mei 1970 dan go public pada 24 Mei 1994. PT Tempo Scan Pacific dijalankan oleh family Kartini Muljadi.  Shareholder dari PT Tempo Scan Pacific Tbk adalah PT Bogamulia Nagadi yang memegang 77.34% tercatat pada 2014.  Pada 2008 silam PT Bogamulia memiliki 71.85%.  Di 2008 July  mereka melakukan pembelian saham dari masyarakat hingga kepemilkan menjadi 95% dengan offer Rp 700/ saham yang mencerminkan PBV 1.4x dan PE 9.6x pada saat itu . Setelah tender offer,  saham TSPC malahan cenderung turun hingga ke Rp 345 /saham di bulan Desember 2008, pada saat itu hampir semua saham turun signifikan.  Pada 2012 PT Bogamulia menjual kembali kepemilikannya di TSPC menjadi 77.29%. ( Perlu dicatat pembelian saham TSPC bukan dibuyback oleh TSPC melainkan oleh induk perusahaan, sehingga keuntungan dari penjualan buyback tidak menguntungkan shareholder TSPC). Penulis menilai cukup aneh, ketika pada tahun 2008 silam, TSPC memegang kas yang cukup besar yaitu 1 Triliun, tetapi TSPC tidak melakukan buyback atas sahamnya walaupun induk perusahaanya melakukan pembelian saham dan sampai sekarang kas perusahaan juga terbilang cukup besar yaitu 36% dari total asset. Dan di tahun 2015 ini juga, PT Bogamulia Nagadi melakukan pembelian saham TSPC sekitar Rp 1900-1990 /saham. Apakah memang betul harga saham sekarang TSPC sudah cukup murah? Sebelum memasuki valuasi ada baiknya kita membahas tentang perusahaan lebih detail lagi. Induk perusahaan dari TSPC yaitu PT Bogamulia Nagadi sebenarnya didirikan pada tahun 1990 oleh Bapak Handojo Selamet Muljadi yang juga sebagai pemegang saham mayoritas di PT Bogamulia Nagadi. Bapak Handojo Selamet Muljadi telah memimpin TSPC sejak 1995 dan dibawah kepemimpinannya, TSPC berhasil secara konsisten meraih pertumbuhan laba dan menjaga kualitas dari struktur assetnya. 



Setelah ditinjau tinjau produk produk farmasi dari TSPC berhasil mendaftarkan 10 dari produknya dalam program BPJS sehingga menghasilkan sekitar 8% dari penjualan bersih kelompok Prescription medicinies group (kelompok usaha Obat resep). TSPC memiliki 3 divisi utama, Divisi Farmasi terdiri dari 6 perusahaan, Divisi Produk konsumen dan kosmetika terdiri 8 perusahaan, dan Divisi Distribusi terdiri dari 6 perusahaan. Beberapa produk yang terkenal dari TSPC adalah Brodrex, Hemaviton, Neo rheumacyl, neo hormoviton, Marina, Oskadon, Minyak telon,Vidoran smart, Zevit growth. Produk underlisensi dari TSPC adalah Revlon, Bobbi Brown, Hilfiger, Aramis, Clinique, MAC, LAMER, ESTEE LAUDER, DKNY.

Pendapatan 2014 TSPC dari ketiga divisi:
1. Divisi Obat-obatan/ Pharmaceutical  menyumbang 2 Triliun (27.5% dari total pendapatan)
    Margin laba kotor dari divisi Produk Pharmaceutical adalah 64%
2. Divisi Produk konsumen dan kosmetika menyumbang 1.9 Triliun (25.4% dari total pendaptan)
    Margin Laba kotor dari divisi Produk konsumen dan kosmetika adalah 57.6%
3. Divisi Distributor menyumbang 3.5Triliun (47.1% dari total pendapatan)
     Margin laba kotor dari divisi distribusi 14.4%

Analisa Fundamental

Neraca dari TSPC sehat sepanjang 2014 sebagaimana tercermin dalam posisi kas bersih Rp 1.3Triliun, jumlah asset Rp 5.6Trilliun dan ekuitas 4.1Trilliun. Rasio dari time interest earnednya menunjukan 87.9x. Sehubungan dengan kondisi likuiditas, TSPC telah berhasil mempertahankan modal kerja yang sehat dengan menjaga rasio lancar di 3x, inventory turnovernya 8.9x, dan memperbaiki piutang usaha menjadi 40 hari dibandingkan dengan 42 hari pada periode yang sama tahun lalu. Tidak adanya hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek juga kecil. Sehingga resiko dari perusahaan sebenarnya hampir mendekati nol. Perusahaan tetap harus berinovasi untuk meningkatkan penjualannya.

Poin poin penting untuk diketahui:
1.Tidak ada defisit dalam 10 tahun terakhir.
2.Pertumbuhan 15 tahun terakhir, CAGR 15.7%. Sedangkan pertumbuhan 5 tahun terakhir ini adalah    10%.
3.Rasio pengembalian terhadap asset (ROA) 15 tahun rata rata 12%
4.Rasio pengembalian terhadap modal (ROE) 15 tahun rata rata 15.9%
5.Margin usahanya cukup tinggi. Gross profit margin rata rata 15 tahun 41.6%, Operasi profit margin     rata rata 15 tahun 14.4%, dan Net profit margin rata rata 15 tahun 10.1%
6.Cash flow Operasinya tetap positif dengan 15 tahun compound annual growth ratenya di 3.8%

Peniliaian harga wajar:

1. Peter lynch PEG, PER 9.7x, pertumbuhan 5 tahun 10%. Maka hasil yang didapat adalah 9.7 / 10%      = 1, artinya valuasinya wajar.
2. Valuasi dari Om Benjamin Graham, V=EPS * ( 8.5 + 2G) * (BIrate/AAA)
     V= 125 * (8.5 + 2*10)* (7.5/10.5)
     V= 2.544
     Maka intrinsic value dari TSPC adalah Rp 2544/saham, atau 27% terdiskon. Untuk lebih         konservatif maka anda boleh menunggu ketika perusahaan terdiskon 30% dari intrinsic valuenya yaitu Rp 1780/ saham
NB: EPS yang digunakan adalah TTM Q2,3,4 2014 + Q1 2015=73 +52= 125
        AAA menggunakan obligasi  dari Astra (http://www.ibpa.co.id/DataPasarSuratUtang/BondMaster/ObligasidanSukukKorporasi/tabid/80/language//Default.aspx)

Penutupan

Perusahaan tidak akan mengalami resiko likuiditas dan tidak akan mengalami resiko suku bunga naik karena struktur asset TSPC kuat dan bagus (hutang berbunganya nyaris tidak ada). 
Penulis menilai perusahaan TSPC cukup bagus kinerjanya dan sebagai mesin penghasil kas yang bagus. Pada harga Rp 2000 / saham atau market cap 9 Triliun, maka valuasi yang ditawarkan PE 9.7x dan PBV 2.1x (untuk kinerja Q12015 yang diannualized). Perusahaan tiap tahun membagikan dividen rata-rata 55% dari laba bersih. Jika pembelian di harga Rp 2000/saham maka dividen yield yang dapat diharapkan adalah 3.75% . Penulis sendiri mulai menyicil saham ini, ketika harga saham lebih murah lagi maka saya akan meningkatkan porsi kepemilikan.


Investment in your hand.




Referrence:



Monday, June 15, 2015

PT Petrosea Tbk

PT Petrosea didirikan pada tahun 1972 dan pada tahun 1990 Petrosea adalah perusahaan rekayasa kontruksi dan pertambangan pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. PT Petrosea Tbk merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pertambangan lengkap termasuk solusi jasa pendukungnya di sektor industry batubara, minyak dan gas bumi di Indonesia. Petrosea menyediakan jasa pertambangan terpadu pit-to-port maupun life-of-mine service. PT Indy Energy Tbk merupakan pemegang saham pengendali, memegang 69.8%, dan Om Lo Kheng Hong memiliki 105 juta lembar saham atau setara 10.4% yang tercatat pada 31 Mei 2015. Om Lo Kheng Hong ini terus membeli saham PTRO semenjak 2013.

Anak Usaha
Petrosea memiliki beberapa anak usaha yaitu PTP Investment Pte. Ltd  yang berdomisili di Singapura sampai sekarang masih tidak aktif asset total $832 ribu.  PT Petrosea Kalimantan (PTPK) yang domisili di Balikpapan dan menjalankan bisnis perdagangan dan jasa kontraktor, asset totalnya $41 ribu. PT POSB Infrastructure Kalimantan yang domisili di Balikpapan dan menjalankan pengelolaaan pelabuhan khusus yang asset totalnya $176. Dan 50% kepemilikan di PT Santan Batubara yang saat ini telah menghentikan tambang batubaranya menunggu harga batubara kembali bangkit untuk mendapatkan hasil yang baik.

Pendapatan dari kontruksi batubaranya merupakan penyumbang terbesar dari total pendapatan. Pada tahun 2015 untuk kinerja 3bulan pertama, pertambangan menyumbang 75.7%. Seperti anda ketahui perusahaan merupakan kontraktor batubara, bukan pemilik konsesi batubara. Sehingga asset dari perusahaan kebanyakan merupakan adalah alat alat berat yang hampir mencakup 90% dari total asset tetap $470 juta atau setara  Rp 6.2 Triliun, ini jumlah sebelum penyusutan. Setelah disusutkan maka alat berat tersebut sebesar $252 juta atau setara Rp 3.3Triliun untuk tahun 2015 di bulan Maret. Alat berat disusutkan selama kurang lebih 8 tahun. Dan tentu saja biaya dari penyusutan akan masuk di laba rugi perusahaan. Sehingga ketika  perusahaan kehilangan kontrak, maka perusahaan juga tetap harus memasukan beban penyusutannya ke dalam biaya operasi perusahaan. Yang anehnya walaupun dikatakan kontrak, tetapi penulis tidak menemukan di laporan keuangan adanya keuntungan jika pihak ABN dan Gunung Bayan mengakhiri kontraknya walaupun kontrak tersebut belum berakhir masanya. Sehingga perjanjian kontraknya sebenarnya tidak begitu mengikat. Dari laporan tahunannya pihak management ada beberapa kali mengatakan akan memperbesar pendapatan  dari jasa maupun engineering and procurementnya. Sampai 2015 Q1 memang ada pertumbuhan tetapi masih saja tidak sebesar pendapatan dari kontraktor batubaranya. Jika dilihat asset tetapnya lebih banyak focus ke kontraktor batubaranya


Penulis memiliki data PTRO semenjak tahun 1999, jika dilihat history perusahaan tidak pernah mengalami defisit laba, dan tetap royal dalam membagikan dividennya, walaupun laba perusahaan tidak konsisten. Ketika diakuisisi INDY pada tahun 2009, perusahaan lebih agresif terlihat dari penambahan jumlah asset tetapnya, gross margin profit maupun net profit marginnya juga cukup bagus, penulis menyediakan table margin usahanya. Tetapi INDY meminjamkan dana ke PTRO dengan bunga yang cukup tinggi, pada tahun 2010 INDY menyediakan fasilitas $ 140 juta yang tanggal jatuh tempoh 5 november dengan bunga 9.85%. Perusahaan PTRO menggunakan $110 juta pada desember 2012 dan melakukan pelunasan pada 5 november 2013, dan mengantikan dengan pinjaman dari INDY juga tetapi dengan bunga lebih renda 7.165%. ( INDY menurunkan biaya pinjamanan tersebut) Pinjaman tersebut digunakan untuk mengantikan dana leasing dari pihak ketiga, yang sampai pada tahun 2015 maret ini masih ada sisa pinjaman leasing sebesar $27 juta. Tapi sebenarnya pinjaman dari pihak leasing lebih murah dibandingkan pihak dari INDY. Ini salah satu poin yang tidak disukai penulis, walaupun INDY sebagai parent company memberikan proyek Kideco kepada PTRO ( Dari Tambang Kideco bukan hanya PTRO saja menjadi kontraktor batubara, sehingga adanya peluang PTRO mendapatkan proyek Kideco yang lebih besar). Di 3 bulan 2015 ini Kideco berkontribusi 27% dari total pendapatan, sementara penulis sih masih menutup mata untuk dana pinjaman tersebut karena beberapa company juga mendapatkan dana berdominasi dollar yang berbunga sekitar 7%an juga. Yang penting perusahaan dapat mengcover biaya pinjaman tersebut.





Struktur dan kekuatan keuangan:
1. Asset lancar setidaknya 2 x dari hutang lancar: Tidak terpenuhi, rata rata 5 tahun perusahaan              hanya     1.3x.
2. Hutang jangka panjang tidak lebih dari asset lancar: Terpenuhi, rata rata 5 tahun 1.1x
3. Hutang berbunga sebaiknya tidak 2 x dari ekuitas: Terpenuhi, rata rata 5 tahun 0.98x, jika net debt     equity maka rata rata 5 tahun menjadi 0.75x
4. Time interest rationya sebaiknya 5x : Tidak terpenuhi, tetapi rata rata 5 tahun menunjukan 6.67x

Perilaku Management
Perusahaan royal dalam membagi dividennya.

Kesimpulan
Baiklah Petrosea bukanlah sebuah perusahaan yang bagus bagus amat, tapi melihat dari valuasinya cukup menarik. Maka strategi yang tepat untuk membeli PTRO adalah strategi dari Mr Benjamin Graham, buying a cigar butt. Ekuitas perusahaan sebesar $192 juta atau sekitar Rp 2.5 Trilliun. dan anda hanya membelinya sekitar Rp 550 miliar jika harga sahamnya Rp 550 / saham. Ekuitas sebesar $ 192 juta berasal dari saldo laba yang sebesar $ 160 juta. 

Jika perusahaan dilikuidasi:

in USD "000"
Kas (100%) 57,949 x 100% = $57,949
Piutang usaha (90%) 74,161 x 90% = $66,745
Persediaan (50%) 4,177 x 50% = $2,089
Asset tetap sebelum penyusutan (40%) 538,639 x 40% = $215,456
Total Asset setelah didiskon $342,238
total hutang $269,018
ekuitas yang dapat ditrima setelah perusahaan dilikuidasi $73,220
metode Graham beli 2/3 dari ekuitas likuidasinya $48,813








Target beli $48.813.000 atau setara Rp 634milyar ini dengan catatan asset tetapnya dapat dijual 40% dari harga pembeliannya. Penulis sendiri tidak punya pengalaman ataupun info apakah alat berat memiliki second price yang bagus. Penulis dapat menemukan harga alat berat bekas, tetapi tidak dapat menemukan  berapa harga baru dari alat berat tersebut, sehingga tidak dapatnya berapa penurunan dari harga alat berat tersebut. Untuk lebih konservatif maka tetapkan 25%. Sepanjang tahun 2009 -2014 PTRO lebih condong untuk menambah posisi alat beratnya ketimbang menjualnya, sehingga penulis cukup sulit untuk menentukan persentase second price dari alat berat tersebut.

Diatas sudah dijelasin bahwa biaya penyusutan dari aset tetap terus berjalan walaupun kontrak hilang. Sehingga sebaiknya kita menentukan variable cost dan fixed cost, agar kita lebih paham. 
2014 Q1 2015 Q1
Operation of plant n equitpment 20,878 20,331
Penyusutan 17,304 13,778
Salaries n wages 9,934 9,085
Rental of plant, vehicle n other 7,734 8,251
Material 656 918
Sub kontraktor 4,474 3,358
sistem informasi managemnt 437 318
Total direct cost 61,417 56,039
Gaji dan upah 3,060 2,513
Jasa profesional dan hukum 1,142 413
Sewa gedung,kendaraan, peralatan 569 282
Sistem informasi Management 259 259
Perjalanan 223 130
Beban lain-lain 747 418
Total Beban administrasi 6,000 4,016
Interest expense and finance charge 3,217 2,742
Total Cost 76,634 66,812



(dalam ribuan USD)
Fixed cost: Penyusutan +Salaries and wages+ Rental plant, vehicle+sub kontraktor+sistem                        informasi management + Total beban administrasi+ interest expense
                   =$ 41.548
Variable cost = $25.264
Maka perusahaan setidaknya memiliki omzet satu tahun  $166.192 ($41.548 *4 quater) untuk menutupi fixed costnya. Jika tidak, maka equity akan digrogoti habis.



Tulisan ini tidak ada maksud untuk merekomendasikan beli atau jual saham perusahaan. Keputusan investasi ada di tangan masing masing. Penulis memiliki posisi investasi di perusahaan ini.

Investment in your hand.




Wednesday, May 20, 2015

PT Indah Kiat Tbk (INKP)

PT Indah Kiat Tbk (INKP) siapa yang tidak kenal perusahaan ini, produknya tiap hari kita gunakan dari tissue, kertas, dan karton box. Penjualan pulp (bubur kertas) berkontribusi 38% terhadap penjualan, sedangkan kertas 29% dan packaging dan yg lainnya berkontribusi 33%. Perusahaan merupakan salah satu perusahaan kertas terbesar di dunia. Perusahaan berdiri sejak 1967 dan go public semenjak tahun 1990 Jika anda melihat valuasinya maka anda akan tercengang di harga Rp 1100 hanya Price earning rationya (PER) hanya 1.9x dan Price to book valuenya hanya 0.2x. Yang artinya perusahaan hanya dihargai 6 Trilliun, dan modal yang tercatat 30 Triliun. Penulis sendiri ragu untuk membeli perusahaan ini. Anda pasti bertanya tanya mengapa? bukannya ini adalah perusahaan yang dikenal secara luas dengan valuasi super murah. Baiklah penulis akan mencoba mengulasnya.

Total Hutang yang berbunga  tercatat USD 3.8 Milyar atau setara Rp 47 Triliun, yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang bank jangka panjang dan wessel bayar ( notes payable) yang dominan dalam dollar Amerika. Penulis sendiri tidak begitu mengerti tentang wessel bayar. Tapi logika saya cukup simpel saya ambil saja total hutang berbunganya USD 3.8 milyar saya kalikan dengan bunga pinjaman 5.3% (menurut saya bunga 5.3% itu sudah cukup murah dan sulit untuk mendapatkannya), maka bunga yang layak perusahaan bayar adalah sekitar USD 200 juta, di tahun 2014 perusahaan membayarkan USD 114 juta. Penulis tidak mengatakan perusahaan memanipulasi, tapi ada kejanggalan mungkin saja wessel bayar (notes payable) mendapatkan isentif. Dan laba operasi di tahun 2014 sendiri USD 192 juta. Yang artinya jika memakai hitungan saya, maka perusahaan akan mengalami kerugian akibat hutang yg menggunung. Dan perusahaan semenjak tahun 2000 tidak pernah membayar pajak sesuai, malahan mendapatkan benefit dari pajak tersebut akibat dari kerugian kerugian perusahaan.Saldo laba mulai positif di tahun 2013, yang artinya perusahaan sejak tahun 2000-2012 tidak kemana kemana, hanya berjuang untuk bertahan. Dan hanya membagikan dividen di tahun 2013. Penulis menilai pembagian dividen itu kurang tepat, seharusnya dilunasi dulu hutang hutang yang dapat dilunasi. Tapi bukan berarti perusahaan tidak berusaha untuk memperbaikinya, Untuk kinerja di Q1 2015, perusahaan cukup berhasil penjualan maupun laba bersih, tapi untuk pembayaran pajak masih saja belum dibayar sewajarnya. Jadi anda perlu mendiskonkan laba bersihnya agar sewaktu perusahaan sudah membayar pajak sewajarnya anda tidak terkejut akibat gejolak lababersih. Karena pajak korperasi kita cukup tinggi sekitar 25%. Perusahaan dipimpin oleh Presiden Direktur Lan Cheng Ting sejak tahun 2012 yang mengantikan Mr Yudi Setiawan. Untuk laporan direktur terhadap pemegang saham saya rasa terlalu singkat, jujur saja saya tidak dapat informasi yang lengkap apa yang mau dikerjakan dan apa tantangan kedepan perusahaan. Seperti anda ketahui perusahaan sudah cukup mature (artinya produk produknya dapat kita temukan dengan mudah). Penulis menilai perusahaan kurang mengefisiensikan dari mesin. Setelah dipresiasikan Asset mesin neto USD 3.2 Juta , berbanding dengan salesnya hanya USD 2.6juta. Jika memakai rasio maka turnover assetnya rata rata 6 tahun hanya 0.4x saja. Ditambah lagi turnover inventory hanya 3.5x dan turnvoer piutang usaha 9.4x yang tidak memuaskan. Apalagi margin dari usaha nya cukup kecil. Semenjak tahun 2012 hingga sekarang perusahaan telah meningkatkan efiensinya, tetapi masih saja penulis menilai masih kurang bagus. Baiklah mari kita bahas tentang valuasi perusahaan tersebut. Perusahaan sekarang dihargai 6 Triliun dan modal kerjanya (asset lancar - hutang lancar) sebesar USD 457juta (Rp5.6Triliun). Untuk laba bersih perusahaan, saya merekomendasikan untuk melihat 1 - 2 tahun lagi apakah perusahaan dapat dengan konsisten meraih lababersihnya, karena seperti anda ketahui perusahaan masih menikmati pajaknya akibat kerugian perusahaan masa lalu.

Jadi kesimpulan dari riset ini adalah, perusahaan memiliki produk yang tiap hari digunakan, tetapi tidak memiliki efisiensi yang bagus dalam mengelolanya. Penulis berharap perusahaan dapat lebih memaksimalkan efisiensi dengan penjualan melebih aset yang dimiliki, mungkin dengan inovasi inovasi pada produknya. Penulis sendiri tidak dapat menemukan seberapa efisiennya mesin dari perusahaan, apakah mesin digunakan sebaik baiknya atau mesinnya banyak yang nganggur dan rusak. Untuk kualitas asset penulis menilai sungguh buruk, akibat dari asset tetap yang mendominasi dari total asset dan hutangnya itu rumit ( tapi tidak serumit dari PT Bumi resource). Perlu digaris bawahi bahwa anda sebelum membeli perusahaan ini, anda perlu meriset lagi tentang hutangnya, terutama notespayable yang memiliki tranche A, tranche B, tranche C. Maka investasi itu tidak semudah hanya melihat PBV dan PER yang murah. Anda harus melihat kualitas dari asset dan kualitas laba.






Investment in your hand

Monday, May 18, 2015

PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)

PT Erajaya Swasembada Tbk merupakan perusahaan distributor dan retail handset terbesar di Indonesia yang market sharenya sekitar 30%  . Berdiri pada tahun 1996, di tahun 2011 Agustus meningkatkan modalnya menjadi 500 miliar sebelum go public dan pada Desember 2011 perusahaan go public yang membuat modalnya menjadi 1.45 triliun. Dana bersih setelah dikurangi biaya IPO sebesar 875.35 miliar sebagian besar  digunakan untuk pelunasan promissory notesnya. Sebelum IPO perusahaan juga mengakuisisi PT Teletama Artha Mandiri (TAM) yang juga sebagai distribusi dan retail handset. Atas Akuisisi tersebut ERAA mengantongi goodwill sebesar 500milliar di kolom assetnya. Menurut penulis akuisisi tersebut terbilang cukup fantastis untuk perusahaan ERAA pada saat itu,  Asset yang tercatat di 2010 adalah sebesar 1.2 Triliun (sebelum tambahan dana IPO dan tambahan modal) dan mengakuisisi TAM yang assetnya 1.5Triliun. Tapi setelah berjalannya waktu, ERAA membuktikan akuisisi tersebut adalah pilihan yang tepat, Asset yang tercatat untuk anak usahanya TAM di 2014 adalah sebesar  2.9 Triliun atau meningkat hampir 2x dalam 3 tahun. Dan ERAA rajin mengakuisisi perusahaan perusahaan yang sejenis, seperti axioo baru saja diakuisisi, CG Computer Sdn Bhd. Yang menurut penulis itu kurang bagus, walaupun akuisisi tersebut tidak mengrogoti kas perusahaan yang banyak. 

Terus bagaimana untuk  kualitas asset ERAA, seperti yang anda ketahui ERAA membuka toko ritel nya dengan menyewa dari pihak Mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Ada juga yang berbentuk joint venture ataupun kerjasama dengan pihak pihak seperti carefour dan lainnya. Walaupun modal kerja (asset lancar dikurangi hutang lancar) itu bagus dan positif 1.4 Triliun di 2014, tidak membuktikan bahwa perusahaan cukup liquid. Dari data kita dapat melihat cashflow operasinya itu tidak stabil terkadang positif terkadang minus yang artinya perusahaan cukup sulit untuk mengenerate kas. Dan hal ini juga terjadi di perusahaan kompetitornya. Jika kas operasi saja sudah minus, tidak mungkin dong perusahaan membagi dividen, karena perusahaan aja sudah kesulitan untuk menutupi kas operasi minus dengan hutang hutang jangka pendek yang berbunga. Hutang jangka panjang ERAA cukup kecil, tapi hutang jangka pendeknya cukup besar untuk membiayai inventorinya dan memiliki time interest earned rationya yang kurang bagus hanya 2.2x.  Untuk inventory turnover cukup bagus antara 7x – 10x.

Margin operasi yang didapat tidak begitu menarik jika dibandingkan pesaingnya TELE, TRIO,GLOB. Mungkin akibat banyaknya titik distribusi yang kurang efisien dan toko toko ritel yang tidak menghasilkan. Anda dapat membaca laporan tahunannya 2014, CEOnya mulai mengefisiensikan dari toko toko dan titik distribusinya. Walaupun di 2012,2013, sendiri perusahaan cukup aktif dalam expandnya. (TELE baru memulai serius bisnis distribusi handsetnya, yang hanya kontribusi 37% terhadap total salesnya,  GLOB merupakan anak usaha dari TRIO )



Valuasi yang ditawarkan Mr Market pada saat ini ERAA pada posisi di Rp 800/saham senilai 2.3Triliun. Dan anda sebagai pemilik perusahaan mendapatkan laba 330 milyar pertahunnya (rata rata 3 tahun untuk menetralkan laba bersih akibat dari penurunan atau kenaikan kinerja sementara). Atau Return on investment anda adalah 14%. Jika harga yang ditawarkan  seharga modal kerjanya, maka penulis akan memborongnya atau sekitar 1.4 T (Rp 500/saham). Sampai sekarang penulis hanya wait and see karena adanya barang atas akibat salah menganalisa dan melihat kinerja dari Q1 2015 menunjukan pertumbuhan yang signifikan di Sales, tetapi tidak diikuti dengan laba operasi maupun lababersih, kemungkinan akibat dari kurs ataupun diskon yang diberikan perusahaan ke customer untuk  membuang stok lama.

Penulis mengakui kesalahan analisanya yang dulu, akibat terlalu simpelnya analisa saya. Saya hanya mengambil kinerja 5 tahun lalu untuk memproyeksikan kinerja 5 tahun mendatang dan mendiskonkan 50% harga saham tersebut untuk mendapatkan margin of safety, hitungan saya kemarin adalah perusahaan tumbuh 45% dan mendapatkan present value yang setelah didiskon seharga Rp 1.370 /saham, dan merasa senang karena dapat membeli hanya seharga 1090.  Ketika itu penulis tidak tahu menahu tentang kualitas dari asset tesebut. Karena seperti yang dijelasi diatas bahwa kinerja yang kinclong dari tahun 2011 merupakan hasil dari akuisisi.
Pelajarannya yang saya dapat adalah ketika membeli perusahaan yang baru baru IPO (kurang dari 5 tahun), penulis harus melihat lebih seksama, dan tidak boleh menggunakan data lama sebagai proyeksi mendatang. (karena kita tidak mengetahui apa saja yang dilakukan perusahaan sebelum IPO). Melainkan lebih fokus ke kualitas asset tersebut. Dan valuasi berapa yang ditawar di market.
Pelajaran lain yang penting adalah pilihlah perusahaan perusahaan yang dapat mengenerate cashflow operasi yang besar dan stabil. 
Jika perusahaan tidak membagi dividen pastikan pertumbuhan dari sales, netincome maupun ekuitas bertumbuh lebih tinggi ketimbang kita menginvestasikan ke perusahaan lain.


Penulis berusaha untuk menulis lebih singkat dan padat agar pembaca mendapatkan intisari dan menelusuri sendiri perusahaan agar kita dapat membahasnya bersama-sama.
Penulis cukup senang jika anda dapat memberikan komentar komentar tajam dengan bahasa sopan.


Investment in your hand.

Tuesday, April 21, 2015

Kinerja Investasi Pribadi Jan - Maret 2015

22 April 2015
Penulis mencatatkan kinerja  tiap akhir bulan yang dimulai dari tahun 2014 bulan Mei dan memulai belajar  investing ala value di bulan akhir Agustus 2014. Jadi untuk kinerja value investing belum ada hasilnya. Setelah membaca beberapa buku tentang value investing saya menyadari ada kesalahan yang saya lakukan yaitu value investing itu bukan melihat saham saham murah secara valuasi atau hanya melihat PER dan PBV, anda pasti akan terjebak seperti saya.  Value investing itu sebenarnya lebih kompleks dan saya akan mencoba untuk menshare kesalahan kesalahan saya dan pandangan saya dalam saham saham yang saya pegang maupun yang lagi saya perhatikan di artikel selanjutnya. Sebenarnya penulis ingin mempelajari lebih dalam lagi tentang value investing sebelum menerapkannya, tapi apaboleh buat saya harus belajar sambil mengambil resiko tersebut. Sampai akhir Maret 2015, saya menyisahkan kas 27%. Sampai sekarang saya sendiri masih melakukan trade jangka pendek. Dan ada beberapa saham yang saya memang hold untuk jangka panjang setelah menganalisa lebih lanjut. Sehingga kinerja yang anda lihat tidak sepenuhnya hasil dari value investing. Tapi penulis pasti akan berusaha lebih kuat lagi untuk mencari peluang value investing.


Berikut kinerja dan sektor portfolio saya:
Jika anda lihat porfolio saya di bulan Agustus 2014- Desember 2015, saya cukup beruntung karena sebenarnya saya belum begitu memahami bagaimana cara investasi yang betul (sampai sekarang juga masih proses belajar). Sebelum Agustus 2014, hasil itu merupakan hasil trading dengan hanya membaca chart dan volume.

Baiklah mari saya bahas apa yang saya lakukan di Januari - Maret 2015
1.Trade jangka pendek dalam saham INTP dan SMGR karena penurunan dari akibat turun Rp 3000/sak ( dana dipakai 15% dari total) keuntungan 3.7%
2. PGAS 20% dari portfolio, rata rata harga Rp 5350/saham .Rencananya trade jangka pendek, tapi sayangnya penulis melanggar janji dan terbius akibat dari label yang diberikan kepada saham tersebut (Kata banyak orang SAHAM DEFENSIF) . Saya menyalahkan diri saya sendiri mengapa harus tergiur(karena saham ini merupakan LQ45 dan turun sewaktu teman teman LQ45 nya sedang naik dan kinerjanya FY 2014 sebenarnya tidak seburuk isu yang dikeluarkan) dan jujur saja pada saat itu penulis memegang hampir 40% kas dan binggung mw diapakan. Pelajarannya sungguh bagus yaitu lebih baik memegang kas daripada menspekulasi dengan dana yang besar. Dan saham inilah yang membuat kinerja jan-maret 2015 menurun cukup dalam
3.UNTR mulai menyicil menjualnya di harga Rp 22.000 dan menyisahkan 1/3 dari pembelian sementara. Alasan menjual karena menganti saham tersebut dengan saham yang masih wajar menurut saya.
4.KDSI, menjual sedikit dan menggantikannya saham yang lain.
5. PTRO menyicil membeli setelah yakin dalam hasil analisa. 






Catatan: Saya tidak merekomendasi untuk membeli dan menjual sebuah saham. Yang saya tampilkan ada hasil dari trade saya. Tujuan tulisan ini agar saya dapat mereview kinerja saya sendiri dikemudian hari dan mungkin pembaca dapat memetik suatu pembelajaran. 
Investment in your hand!


Sunday, April 19, 2015

Trading vs Investing

Apakah anda seorang trader atau investor? mungkin kalau ditanya, jawabannya adalah emang gue pikirin. Kalau da cuan ya jualkalau masih belum cuan ya hold aja (alias sangkut). Lagipula saya beli toh LQ45.  Jika anda membeli saham apakah anda tergolong investor atau trader? Maka anda harus paham apa yang dimaksud investor dan trader. Jadi sebenarnya arti trading itu adalah membeli dan menjual instrument finansial berupa stok, obligasi, komoditas dan derivatif. Sedangkan investasi menurut Mr Benjamin Graham adalah "An investment operation is one which, upon thorough analysis, promises safety of principal and an adequate return. Operations not meeting these requirements are speculative."  kira kira arti dalam bahasa indonesia adalah operasi analisa yang tajam, menjanjikan keamanan modal dan hasil yang cukup. Selain diluar operasi tersebut adalah spekulasi. Contoh=Jadi jika anda membeli perusahaan A Rp 100/saham setelah meniliti dengan cermat. Tiba tiba dalam bulan berikutnya harga saham tersebut melonjak menjadi Rp 200/saham dengan beberapa alasan dan menunjukan overvaluation. Apa yang anda lakukan? Jika penulis tentu akan menjualnya dan menukarkan ke saham yang harga memiliki harga wajar. Terus jika anda menjual apakah anda seorang investor atau trader. Maka jawabanya anda adalah investor dan trader yang pandai. Tapi jika anda membeli perusahaan karena anda merasa sahamnya besok akan naik. Maka anda adalah spekulator.

Poinnya adalah jika anda meneliti dan mengupas ngupas apa yang anda di perusahaan dan merasa harga tersebut wajar. Maka anda adalah investor, ketika anda jual maka anda dapat disebut trader karena anda memperjualbelikan saham. Tapi jika anda tidak melalukan analisa yang mendalam, dan melakukan pembelian karena alasan si bapak itu aja beli dan mengatakan minggu depan ada yang goreng atau alasannya adalah saya lihat saham ini sudah jenuh jual dan saya coba untuk membeli apabila saham tersebut turun 3% maka saya akan jual (cutloss) . Maka anda adalah spekulator. Jika anda tanya seorang investor mengapa dia membeli saham perusahaan tersebut maka dia dapat menjelaskan apa yang perusahaan  tersebut miliki, bentuk asset apa saja yang likuid, dan bagaimana kualitas dari laba perusahaan tersebut. Dan bisa bisa investor juga dapat bercerita bagaimana mumpuni nya management dalam menghadapi krisis krisis yag dialami. Investor lebih menjelaskan apa yang ada di perusahaan saat ini ketimbang prospek apa yang akan perusahaan dapatkan dan asumsi asumsi yang tidak wajar. Karena prospek dan asumsi belum tentu benar.

Kritik dan masukan yang tajam dengan bahasa sopan tentu dapat memajukan kita semua.

Investment in your hand!

References
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Graham
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Trader_(finance)

Alasan mengapa adanya blog ini

Jika anda seorang yang menyukai  lukisan maka mulailah menggambar. Jika anda suka nonton film, maka mulailah membuat short video. Jika anda suka membaca maka mulailah menulis. Intinya adalah start menghasilkan karya bukan hanya sebagai penikmat saja. Itulah kira kira bunyi dari tweets Raditya Dika. Dengan menulis , penulis mengharapkan mendapatkan komentar dan kritikan tajam sehingga dapat memotivasi dan membuat analisa lebih tajam lagi. Penulis juga binggung ingin berdebat dengan siapa jikalao menemukan suatu saham yang bagus untuk dibeli. Artinya dengan menulis mungkin penulis dapat berteman dengan lebih banyak lagi investor investor yang berdasarkan value. 

Disini anda tidak akan mendapatkan rekomendasi saham mana yang akan naik. Karena saya juga tidak seberuntung itu. Penulis akan banyak berbicara tentang perusahaan dan kinerja fund saya kelola. Kira kira menjadi online diary saya, sehingga suatu saat nanti saya dapat melihat track record  saya. Saya menulis untuk kebaikan saya sendiri. 

Investment in your hand!

Wednesday, February 18, 2015

Perjalanan menuju value.

Medan, Febuari 2015
Nama saya Brian Fendy, saya bekerja sebagai remisier di kota Medan, Sumatera Utara. Saya memulai perjalanan di bursa saham saya ketika tamat dari SMA Sutomo Medan yaitu tahun 2011, dan masih mengingat saham pertama yang saya beli 4 tahun lalu yaitu PKPK karena harganya yang murah sekitar Rp 80 / saham. Ketika pada saat itu saya selalu mencari saham murah (murah berdasarkan harga bukan murah berdasarkan Value perusahaan), walaupun bulan pertama hasil dari pembelian saham itu cukup memuaskan, tetapi ada ketika waktu saham yang saya beli turun drastis dan merugikan saya. Ketika pada saat itu saya tidak memakai analisa fundamental maupun analisa teknikal. Yang artinya saya adalah seorang spekulator yang beruntung! Akhirnya sangkut semua dan floating loss di saham, maka saya memutuskan untuk mulai bekerja dan membiarkan floating loss tersebut. Saya bekerja di bidang property sebagai agen penjual rumah, mendapatkan komisi jual dari pemilik rumah. Satu tahun berjalan pekerjaan property saya cukup berhasil dengan komisi yang bagus dan tabungan yang bagus. Tetapi ketika itu saya sadar, saya melakukan ini tidak ada kemajuan artinya jika saya ingin mendapatkan komisi yang lebih bagus dari sekarang maka saya harus mencari klien klien yang mau menjual rumah lebih banyak lagi. Dan pekerjaan ini tampak melelahkan dan boring bagi saya karena teknik untuk berbicara itu sama. Dari senin sampai minggu saya setia untuk bekerja pagi sampai malam untuk menawarkan produk property dan banyak waktu saya dihabiskan di perjalanan menuju proyek proyeknya. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti menjadi makelar property dan memutuskan untuk mencari peluang bisnis lainnya.

Ketika itu saya cukup sering mendengar nama Warren Buffet, dan saya berkata kepada saya sendiri bahwa saya akan mencapai dan melebihi Warren Buffet secara financial. Tetapi saya tidak mempelajari histori bagaimana Warren Buffet mencapai financial freedom tersebut. Pemikiran saat itu adalah untuk menghasilkan uang, maka saya harus berada dimana uang itu diciptakan yaitu dibidang financial, maka pada saat itu kebetulan teman saya menawarkan untuk mencoba di bidang perdagangan derivatif. Maka uang yang saya kumpulkan setelah beberapa tahun di property dan tabungan yang saya sudah kumpulkan dari sekolah dasar , saya menaruhnya di perdangangan derivatif yaitu jual dan beli mata uang asing atau pun bisa jual beli emas melalui sistem Metatrader. Ketika 1 bulan pertama saya cukup lucky bisa mendapatkan profit 20 juta dari dana awal 100 juta. Maka saya berkeyakinan lebih untuk trading. Mengapa saya bisa mengatakan saya lucky karena saya tidak belajar yang namanya analisa teknikal. Dan saya cukup membanggakan hasilnya terhadap orang tua dan family saya. Tetapi untuk meningkatkan kinerja dari hasil trading saya maka saya mulai membaca analisa teknikal mulai dari cara penggunaan Dow theory, fibbonanci, candlestick, IRS, MACD, EMA, dan yang lainnya. Dan saya makin binggung yang betul ketika menggabungkan beberapa analisa teknikal tersebut karena ada beberapa signal yang berbeda dari hasil tersebut.  20 juta bulan pertama saya lenyap seketika pada nonfarmpayroll amerika di gold. Ketika itu ayah saya sudah memperingati saya agar untuk menghindari dunia derivatif tersebut. Tetapi saya menghiraukan saja, setengah tahun pertama hasil dari derivatif tersebut mengecewakan dan betul pada 1 tahun saya mulai bermain di bidang derivatif uang saya 100 juta lenyap begitu saja. Tetapi saya tidak pernah menyerah  sampai ketika saya sendiri memutuskan untuk bermain mini derivatif (peraturan semua sama , hanya saja fee yang berbeda dan setoran awal 10 juta) Ketika itu saya merasa depresi dan ingin rasanya balas dendam, dan pada saat itu teman saya mengatakan main AUD/USD maka anda tak akan rugi dan tidak usah pakai mempelajari chart karena setiap hari kita diberikan uang menginap (swap), dan tidak mungkin AUD/USD itu dibawah 1 katanya. Rentang harga beberapa tahun terakhir AUD/USD adalah 1.0600- 1.0100. Maka saya juga memiliki perasaan yang sama maka saya memulai buy 0.1 lot hingga membeli total 0.9 lot  ( harga average paling bawah saya dapat sekitar 0.9900 jika tidak salah dan sekarang di Febuari 2015 AUD/USD hanya 0.78 WOW!!) dan akhirnya kembali bangkrut total 80 juta setelah menginject dana saya ke account mini tersebut. Uang hasil dari property dan uang simpanan saya lenyap begitu saja total 180 juta.  Bersyukur saya tidak memiliki uang lagi kalau tidak saya bakal menginject dana lagi. Pembelajaran yang penting bagi saya bahwa tidak ada yang pasti dan kita lah tetap yang harus bertanggung jawab atas investasi yang kita lakukan. 

Setengah tahun saya merasa depresi dan tidak melakukan semua kegiatan saya. Dan pertama kali dalam hidup saya merasa bangkrut secara finansial di umur 20 saya di tahun 2013. Karena uang seluruh yang saya dapatkan belum pernah saya nikmati dan seluruhnya pendapatan itu saya spekulasikan di bidang derivatif dengan harapan uang itu akan menghasilkan.  Bersyukur saya mempunyai family yang supportive, ayah saya mulai memperkenalkan saya di bidang saham dan saya memutuskan untuk mulai bekerja di salah satu perusahaan brokerage. Ketika saat itu pikiran saya hanya adalah bagaimana menguasai dengan baik teknik analisa teknikal dan mereview kesalahan kesalahan yang pernah saya lakukan dibidang derivatif. Buku yang saya baca cukup banyak tentang analisa teknikal dan isi nya semua mirip mirip. Yang terus menekankan untuk konsisten untuk membeli yang lagi naik (mahal) dan menjualnya sewaktu dia turun (murah). Cukup kontradiksi dengan pemahaman bisnis yang kita kenal bukan. Tetapi pada saat itu saya merasa cukup yakin dan tidak pernah mengechek siapa penulisnya. Apakah penulis tersebut sudah kaya raya? Dan akhirnya saya menerapkan teknik analisa pada nasabah pertama saya. Ayah saya lah menjadi nasabah pertama saya yang hasil dari 1 tahunnya hanya biasa biasa dan dibawah kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).  Saya mulai mencari cari lagi sistem trading yang cocok buat saya, tetapi saya mendapatkan kepusingan dan kegalauan dalam pengambilan keputusan beli maupun cutloss. Dan terkadang cukup sulit untuk cutloss karena tidak ada yang ngebid di harga itu terpaksa saya harus menjual agak rugi lagi. Fee trading juga cukup besar hampir 30% dari net income trading saya. Ditambah lagi dana kelolaan saya cukup besar sehingga menyebabkan cukup sulitnya untuk bergerak. Saya juga binggung mengapa ayah saya mempercayakan kepada saya yang masih amatir. Bukannya saya menjudge trading dengan cara membaca grafik, volume dan beberapa signal itu tidak berguna. Melainkan saya tidak nyaman dengan kondisi yang sedang berlanjut. (Sebenarnya investasi dan trading itu sama, di artikel selanjutnya saya akan mencoba menjelaskannya). Syukurnya saya dikenalkan teman saya tetang tokoh value investing, dan mencari cari info tentang siapa sih itu Warren Buffet, Loh Kheng Hong, Peter Lynch, Walter Schloss, Munger dan masih banyak lainnya. Dan bagaimana mereka sukses di bidang paper asset. Sampai ditulis sleeping partner, wah ini sih dream job saya. Sambil tidur sambil kaya. Akhirnya saya mencoba mencari buku buku trading saya dan mengetik nama penulisnya di google, dan tidak mendapatkan Net worth (kekayaan) mereka. Tetapi Warren Buffet dan value investor lainnya kita dapat mengetahuinya melalui google. Sedangkan Om Loh Kheng Hong sendiri kita bisa tau beliau ada memegang saham PTRO dalam kepemilikan yang besar. Ketika itu maka jalan menuju menjadi sleeping partner semakin terbuka. Dan mulai menerapkan sedikit demi sedikit investasi value maupun trading dalam value. Saya mulai membuka mata dengan trading dan investasi tentang value investasi di bulan agustus 2014. Sebelum saya membaca buku intellegent investor karanga Mr Ben graham saya mengira valueinvestasi itu cukup mudah hanya melihat PBV murah dan PER murah!!. Saya telah melakukan banyak kesalahan dalam pemilihan value investasi karena hanya melihat PBV, PER, growth 5 tahun belakang dan memproyeksikan 5 tahun mendatang. Dan Buku inttelegent investor karangan Mr Ben Graham membuka wawasan saya lebih luas bagaimana menilai suatu bisnis dan menjadi panduan saya. Sampai sekarang saya meluangkan waktu saya 4-6 jam untuk membaca dan mempelajari keberhasilan dan kesuksesan dari orang lain.

Terima kasih telah membaca blog ini, saya berharap dapat berguna dan jadi pelajaran kedepan.