PT Petrosea didirikan pada tahun
1972 dan pada tahun 1990 Petrosea adalah perusahaan rekayasa kontruksi dan
pertambangan pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. PT Petrosea Tbk
merupakan perusahaan yang menyediakan jasa pertambangan lengkap termasuk solusi
jasa pendukungnya di sektor industry batubara, minyak dan gas bumi di
Indonesia. Petrosea menyediakan jasa pertambangan terpadu pit-to-port maupun
life-of-mine service. PT Indy Energy Tbk merupakan pemegang saham pengendali,
memegang 69.8%, dan Om Lo Kheng Hong memiliki 105 juta lembar saham atau setara
10.4% yang tercatat pada 31 Mei 2015. Om Lo Kheng Hong ini terus membeli saham
PTRO semenjak 2013.
Anak Usaha
Petrosea memiliki beberapa anak
usaha yaitu PTP Investment Pte. Ltd yang
berdomisili di Singapura sampai sekarang masih tidak aktif asset total $832
ribu. PT Petrosea Kalimantan (PTPK) yang
domisili di Balikpapan dan menjalankan bisnis perdagangan dan jasa kontraktor,
asset totalnya $41 ribu. PT POSB Infrastructure Kalimantan yang domisili di
Balikpapan dan menjalankan pengelolaaan pelabuhan khusus yang asset totalnya
$176. Dan 50% kepemilikan di PT Santan Batubara yang saat ini telah
menghentikan tambang batubaranya menunggu harga batubara kembali bangkit untuk mendapatkan hasil yang baik.
Pendapatan dari kontruksi
batubaranya merupakan penyumbang terbesar dari total pendapatan. Pada tahun
2015 untuk kinerja 3bulan pertama, pertambangan menyumbang 75.7%. Seperti anda
ketahui perusahaan merupakan kontraktor batubara, bukan pemilik konsesi
batubara. Sehingga asset dari perusahaan kebanyakan merupakan adalah alat alat
berat yang hampir mencakup 90% dari total asset tetap $470 juta atau
setara Rp 6.2 Triliun, ini jumlah
sebelum penyusutan. Setelah disusutkan maka alat berat tersebut sebesar $252
juta atau setara Rp 3.3Triliun untuk tahun 2015 di bulan Maret. Alat berat disusutkan selama kurang lebih 8 tahun. Dan tentu saja
biaya dari penyusutan akan masuk di laba rugi perusahaan. Sehingga ketika perusahaan kehilangan kontrak, maka
perusahaan juga tetap harus memasukan beban penyusutannya ke dalam biaya
operasi perusahaan. Yang anehnya walaupun dikatakan kontrak, tetapi penulis
tidak menemukan di laporan keuangan adanya keuntungan jika pihak ABN dan Gunung
Bayan mengakhiri kontraknya walaupun kontrak tersebut belum berakhir masanya.
Sehingga perjanjian kontraknya sebenarnya tidak begitu mengikat. Dari laporan
tahunannya pihak management ada beberapa kali mengatakan akan memperbesar
pendapatan dari jasa maupun engineering and
procurementnya. Sampai 2015 Q1 memang ada pertumbuhan tetapi masih saja tidak
sebesar pendapatan dari kontraktor batubaranya. Jika dilihat asset tetapnya
lebih banyak focus ke kontraktor batubaranya
Penulis memiliki data PTRO semenjak
tahun 1999, jika dilihat history perusahaan tidak pernah mengalami defisit
laba, dan tetap royal dalam membagikan dividennya, walaupun laba perusahaan
tidak konsisten. Ketika diakuisisi INDY pada tahun 2009, perusahaan lebih
agresif terlihat dari penambahan jumlah asset tetapnya, gross margin profit
maupun net profit marginnya juga cukup bagus, penulis menyediakan table margin
usahanya. Tetapi INDY meminjamkan dana ke PTRO dengan bunga yang cukup tinggi,
pada tahun 2010 INDY menyediakan fasilitas $ 140 juta yang tanggal jatuh tempoh
5 november dengan bunga 9.85%. Perusahaan PTRO menggunakan $110 juta pada
desember 2012 dan melakukan pelunasan pada 5 november 2013, dan mengantikan dengan
pinjaman dari INDY juga tetapi dengan bunga lebih renda 7.165%. ( INDY
menurunkan biaya pinjamanan tersebut) Pinjaman tersebut digunakan untuk
mengantikan dana leasing dari pihak ketiga, yang sampai pada tahun 2015 maret
ini masih ada sisa pinjaman leasing sebesar $27 juta. Tapi sebenarnya pinjaman
dari pihak leasing lebih murah dibandingkan pihak dari INDY. Ini salah satu
poin yang tidak disukai penulis, walaupun INDY sebagai parent company
memberikan proyek Kideco kepada PTRO ( Dari Tambang Kideco bukan hanya PTRO
saja menjadi kontraktor batubara, sehingga adanya peluang PTRO mendapatkan
proyek Kideco yang lebih besar). Di 3 bulan 2015 ini Kideco berkontribusi 27%
dari total pendapatan, sementara penulis sih masih menutup mata untuk dana
pinjaman tersebut karena beberapa company juga mendapatkan dana berdominasi
dollar yang berbunga sekitar 7%an juga. Yang penting perusahaan dapat mengcover
biaya pinjaman tersebut.
Struktur dan kekuatan keuangan:
1. Asset lancar setidaknya 2 x dari hutang lancar: Tidak terpenuhi, rata rata 5 tahun perusahaan hanya 1.3x.
2. Hutang jangka panjang tidak lebih dari asset lancar: Terpenuhi, rata rata 5 tahun 1.1x
3. Hutang berbunga sebaiknya tidak 2 x dari ekuitas: Terpenuhi, rata rata 5 tahun 0.98x, jika net debt equity maka rata rata 5 tahun menjadi 0.75x
4. Time interest rationya sebaiknya 5x : Tidak terpenuhi, tetapi rata rata 5 tahun menunjukan 6.67x
Perilaku Management
Perusahaan royal dalam membagi dividennya.
Kesimpulan
Baiklah Petrosea bukanlah sebuah perusahaan yang bagus bagus amat, tapi melihat dari valuasinya cukup menarik. Maka strategi yang tepat untuk membeli PTRO adalah strategi dari Mr Benjamin Graham, buying a cigar butt. Ekuitas perusahaan sebesar $192 juta atau sekitar Rp 2.5 Trilliun. dan anda hanya membelinya sekitar Rp 550 miliar jika harga sahamnya Rp 550 / saham. Ekuitas sebesar $ 192 juta berasal dari saldo laba yang sebesar $ 160 juta.
Jika perusahaan dilikuidasi:
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Target beli $48.813.000 atau setara Rp 634milyar ini dengan
catatan asset tetapnya dapat dijual 40% dari harga pembeliannya. Penulis
sendiri tidak punya pengalaman ataupun info apakah alat berat memiliki second
price yang bagus. Penulis dapat menemukan harga alat berat bekas, tetapi tidak
dapat menemukan berapa harga baru dari alat berat tersebut, sehingga
tidak dapatnya berapa penurunan dari harga alat berat tersebut. Untuk lebih konservatif maka tetapkan 25%. Sepanjang tahun 2009 -2014 PTRO lebih condong untuk menambah posisi alat beratnya ketimbang menjualnya, sehingga penulis cukup sulit untuk menentukan persentase second price dari alat berat tersebut.
Diatas sudah dijelasin bahwa biaya penyusutan dari aset tetap terus berjalan walaupun kontrak hilang. Sehingga sebaiknya kita menentukan variable cost dan fixed cost, agar kita lebih paham.
(dalam ribuan USD)
Fixed cost: Penyusutan +Salaries and wages+ Rental plant, vehicle+sub kontraktor+sistem informasi management + Total beban administrasi+ interest expense=$ 41.548 Variable cost = $25.264 Maka perusahaan setidaknya memiliki omzet satu tahun $166.192 ($41.548 *4 quater) untuk menutupi fixed costnya. Jika tidak, maka equity akan digrogoti habis. Tulisan ini tidak ada maksud untuk merekomendasikan beli atau jual saham perusahaan. Keputusan investasi ada di tangan masing masing. Penulis memiliki posisi investasi di perusahaan ini. Investment in your hand. |