Monday, May 18, 2015

PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA)

PT Erajaya Swasembada Tbk merupakan perusahaan distributor dan retail handset terbesar di Indonesia yang market sharenya sekitar 30%  . Berdiri pada tahun 1996, di tahun 2011 Agustus meningkatkan modalnya menjadi 500 miliar sebelum go public dan pada Desember 2011 perusahaan go public yang membuat modalnya menjadi 1.45 triliun. Dana bersih setelah dikurangi biaya IPO sebesar 875.35 miliar sebagian besar  digunakan untuk pelunasan promissory notesnya. Sebelum IPO perusahaan juga mengakuisisi PT Teletama Artha Mandiri (TAM) yang juga sebagai distribusi dan retail handset. Atas Akuisisi tersebut ERAA mengantongi goodwill sebesar 500milliar di kolom assetnya. Menurut penulis akuisisi tersebut terbilang cukup fantastis untuk perusahaan ERAA pada saat itu,  Asset yang tercatat di 2010 adalah sebesar 1.2 Triliun (sebelum tambahan dana IPO dan tambahan modal) dan mengakuisisi TAM yang assetnya 1.5Triliun. Tapi setelah berjalannya waktu, ERAA membuktikan akuisisi tersebut adalah pilihan yang tepat, Asset yang tercatat untuk anak usahanya TAM di 2014 adalah sebesar  2.9 Triliun atau meningkat hampir 2x dalam 3 tahun. Dan ERAA rajin mengakuisisi perusahaan perusahaan yang sejenis, seperti axioo baru saja diakuisisi, CG Computer Sdn Bhd. Yang menurut penulis itu kurang bagus, walaupun akuisisi tersebut tidak mengrogoti kas perusahaan yang banyak. 

Terus bagaimana untuk  kualitas asset ERAA, seperti yang anda ketahui ERAA membuka toko ritel nya dengan menyewa dari pihak Mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Ada juga yang berbentuk joint venture ataupun kerjasama dengan pihak pihak seperti carefour dan lainnya. Walaupun modal kerja (asset lancar dikurangi hutang lancar) itu bagus dan positif 1.4 Triliun di 2014, tidak membuktikan bahwa perusahaan cukup liquid. Dari data kita dapat melihat cashflow operasinya itu tidak stabil terkadang positif terkadang minus yang artinya perusahaan cukup sulit untuk mengenerate kas. Dan hal ini juga terjadi di perusahaan kompetitornya. Jika kas operasi saja sudah minus, tidak mungkin dong perusahaan membagi dividen, karena perusahaan aja sudah kesulitan untuk menutupi kas operasi minus dengan hutang hutang jangka pendek yang berbunga. Hutang jangka panjang ERAA cukup kecil, tapi hutang jangka pendeknya cukup besar untuk membiayai inventorinya dan memiliki time interest earned rationya yang kurang bagus hanya 2.2x.  Untuk inventory turnover cukup bagus antara 7x – 10x.

Margin operasi yang didapat tidak begitu menarik jika dibandingkan pesaingnya TELE, TRIO,GLOB. Mungkin akibat banyaknya titik distribusi yang kurang efisien dan toko toko ritel yang tidak menghasilkan. Anda dapat membaca laporan tahunannya 2014, CEOnya mulai mengefisiensikan dari toko toko dan titik distribusinya. Walaupun di 2012,2013, sendiri perusahaan cukup aktif dalam expandnya. (TELE baru memulai serius bisnis distribusi handsetnya, yang hanya kontribusi 37% terhadap total salesnya,  GLOB merupakan anak usaha dari TRIO )



Valuasi yang ditawarkan Mr Market pada saat ini ERAA pada posisi di Rp 800/saham senilai 2.3Triliun. Dan anda sebagai pemilik perusahaan mendapatkan laba 330 milyar pertahunnya (rata rata 3 tahun untuk menetralkan laba bersih akibat dari penurunan atau kenaikan kinerja sementara). Atau Return on investment anda adalah 14%. Jika harga yang ditawarkan  seharga modal kerjanya, maka penulis akan memborongnya atau sekitar 1.4 T (Rp 500/saham). Sampai sekarang penulis hanya wait and see karena adanya barang atas akibat salah menganalisa dan melihat kinerja dari Q1 2015 menunjukan pertumbuhan yang signifikan di Sales, tetapi tidak diikuti dengan laba operasi maupun lababersih, kemungkinan akibat dari kurs ataupun diskon yang diberikan perusahaan ke customer untuk  membuang stok lama.

Penulis mengakui kesalahan analisanya yang dulu, akibat terlalu simpelnya analisa saya. Saya hanya mengambil kinerja 5 tahun lalu untuk memproyeksikan kinerja 5 tahun mendatang dan mendiskonkan 50% harga saham tersebut untuk mendapatkan margin of safety, hitungan saya kemarin adalah perusahaan tumbuh 45% dan mendapatkan present value yang setelah didiskon seharga Rp 1.370 /saham, dan merasa senang karena dapat membeli hanya seharga 1090.  Ketika itu penulis tidak tahu menahu tentang kualitas dari asset tesebut. Karena seperti yang dijelasi diatas bahwa kinerja yang kinclong dari tahun 2011 merupakan hasil dari akuisisi.
Pelajarannya yang saya dapat adalah ketika membeli perusahaan yang baru baru IPO (kurang dari 5 tahun), penulis harus melihat lebih seksama, dan tidak boleh menggunakan data lama sebagai proyeksi mendatang. (karena kita tidak mengetahui apa saja yang dilakukan perusahaan sebelum IPO). Melainkan lebih fokus ke kualitas asset tersebut. Dan valuasi berapa yang ditawar di market.
Pelajaran lain yang penting adalah pilihlah perusahaan perusahaan yang dapat mengenerate cashflow operasi yang besar dan stabil. 
Jika perusahaan tidak membagi dividen pastikan pertumbuhan dari sales, netincome maupun ekuitas bertumbuh lebih tinggi ketimbang kita menginvestasikan ke perusahaan lain.


Penulis berusaha untuk menulis lebih singkat dan padat agar pembaca mendapatkan intisari dan menelusuri sendiri perusahaan agar kita dapat membahasnya bersama-sama.
Penulis cukup senang jika anda dapat memberikan komentar komentar tajam dengan bahasa sopan.


Investment in your hand.

No comments:

Post a Comment